20 September 2017

Kebahagiaan dan Kesuksesan

Manakah sebenarnya yang lebih tepat? Kebahagiaan akan membawa kesuksesan ataukan kesuksesan akan membawa kebahagiaan.

Dua kalimat itu terdiri dari empat kata yang sama. Hanya penempatannya saja yang berbeda. Perbedaan penempatan ini ternyata memiliki makna yanh jauh berbeda. Jika Anda memegang kalimat "kesuksesan akan membawa kebahagiaan" selamat, Anda termasuk orang yang akan terus berjuang dalam mencapai sesuatu. Kesuksesan dapat diukur dari banyak hal. Kepintaran, kekayaan, atau yang lainnya.

Seorang pelajar yang lulus dalam ujian dan memperoleh nilai yang bagus, sudah pasti akan mengatakan "Aku sukses ujian" sambil tertawa lebar ataupun tersenyum simpul. Pedagang yang  kelarisan dan mendapatkan keuntungan berlimpah juga pasti akan mengatakan "Hari ini jualanku sukses" dengan senyuman mengembang di bibir. Ini berarti kesuksesan telah membawa kepada kebahagiaan.

Sekarang bagaimana halnya dengan Anda yang memilih kebahagiaan akan membawa kesuksesan. Anda tidak salah. Maka Selamat juga bagi Anda. Karena termasuk dalam golongan orang-orang yang akan terus memilih berparas bahagia daripada bermuka masam. Pandangan ini menyatakan bahwa kebahagiaan bukan sebagai akibat dari suatu tindakan, melainkan dialah yang berfungsi sebagai pemicu untuk akibat lainnya. Kebahagiaan harus diciptakan sejak awal.

Saat kita telah merasa bahagia akan segala hal. Menjadi mudah untuk mencapai lainnya. Saat belajar dengan perasaan senang, akan lebih mudah menyerap materi, daripada belajar dalam suasana hayi yang sedih, panas, atau perasaan negatif lainnya. Kesenangan akan belajar bisa menjadi kecintaan. Berasal dari rasa sennag inilah, maka kesuksesan akan menyusul kemudian.

Kembali kepada kalimat pembuka tulisan ini. Maka tak ada yanh salah pada keduanya. Setiap mereka memiliki maknanya sendiri. Kita hanya perlu menentukan pilihan. Kalaupun masih bimbang untuk satu hal, setidaknya kita bisa lebih memahami pemaknaan kata bahagia.

8 September 2017

Masih Tentang Penulis

Dunia literasi sedang menjadi perbincangan hangat. Ada apa gerangan? Bagi para penikmat novel penulis keren Tere Liye, harus bersiap-siap untuk kehilangan tulisan versi cetaknya. Menyusul keputusannya untuk menarik 28 nasakhnya dari penerbit. Sudah pasti, tidak akan ada lagi cetak ulang novel-novel tersebut, hingga jangka waktu yang tidak diketahui.

Keputusan Tere Liye ini berkaitan dengan melonjaknya pajak royalti penulis. Pajak royalti sebesar 30% bagi penulis tanpa NPWP dan 15% bagi yang ber NPWP. pajak sebesar itu terasa sangat mencekik. Penulis sekelas Tere Liye dengan novel-novel best sellernya saja memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan. Bagaimana dengan penulis-penulis pemula? Royalti yang diterima enam bulan sekali belum tentu genap satu juta rupiah, sebelum terkena pajak 15%. Setelah terkena pajak, bisa dihitung berapa pendapatan penulis pemula, apalagi yang tidak ber NPWP.

Ungkapan protes terhadap pajak royalti tidak hanya muncul dari Tere Liye saja. Sebutlah Dee Lestari, penulis novel ini juga mengungkapkan keberatannya atas besarnya pajak penulis. Akun-akun penulis di dunia maya, banyak yang mengeluhkan persoalan pajak royalti ini. Dee menuliskan secara gamblang mengenai perbandingan pajak royalti penulis dengan pajak profesi lainnya.

Tere Liye bisa jadi hanyalah satu dari sekian banyak penulis yang mengemukakan protesnya, dan langsung menjadi berita yang viral. Seperti gunung es. Bisa jadi keputusan Tere Liye ini nantinya akan diikuti oleh penulis-penulis lainnya. Betapa pun pajak sebesar 15% itu sangat mencekik penulis.