26 Februari 2019

Pendidikan Indonesia di Era Belanda

Mengenal sejarah Indonesia pada jaman penjajahan, akan mengingatkan pada segala sistem yang pernah dighnakan oleh Belanda dan Jepang di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, anak-anak di sekolah diajarkan sebuah materi tentang penjajahan Belanda di Indonesia. Mulai dari adanya sistem VOC, kerja paksa, tanam paksa hingga politik etis.

Setiap sistem yang digunakan oleh kerajaan Belanda di Indonesia tersebut memiliki aturan-aturan berikut dengan konsekuensinya sendiri. Namun tidak banyak materi sejarah yang secara khusus mengangkat mengenai dunia pendidikan saat itu.

Pada mulanya pendidikan di Indonesia tidak benar-benar ditujukan kepada anak-anak Indonesia. Pendidikan hanya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda yanh tinggal di Indonesia. Itupun dalam jumlah yang terbatas.

Pada jaman "Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)" kegiatan pendidikan lebih banyak dipusatkan di Indonesia bagian Timur seperti di Ambon. Sebenarnya tujuan utama dari pendidikan saat itu adalah untuk melenyapkan agama Katholik dan menyebarkan agama Kristen protestan. Selain itu pendidikan juga masih semata untuk tujuan sebuah persyaratan pekerjaan.

Pengajaran yang dilakukan saat itu masih menggunakan sistem individual. Belum ada sistem klasikal dalam sebuah kelas. Anak datang kepada guru satu per satu untuk mendapatkan materi yang mereka perlukan. Sekolah pada jaman VOC belum dapat disebut sebagai sekolah secara formal. Inilah yang menyebabkan pendidikan kurang berkembang.

Pendidikan bagi anak-anak Indonesia baru ada sekitar tahun 1846. Pendidikan saat itu bertujuan untuk melatih pegawai pemerintah. Saat itu terdapat sekolah rendah dengan kurikulum yang menyesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan sebagai pegawai pemerintah. Krisis ekonomi pada akhir abad ke-19 memaksa Belanda untuk mengadakan diferensiasi dalam pendidikan bagi anak Indonesia yakni anak-anak golongan atas dan rendah. Sehingga muncullah sekolah kelas satu dan sekolah kelas dua.

Sekolah kelas satu merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak golongan atas. Yakni anak-anak dari kalangan aristrokasi dan orang berada. Bahasa Belanda di ajarkan di sekolah kelas satu, sedangkan di sekolah kelas dua tidak diajarkan. Lama sekolah kelas satu adalah lima tahun. Sedangkan sekolah kelas dua hanya tiga tahun.

Tahun 1907 sekolah kelas satu menjadi enam tahun dengan dimasukkannya kurikulum Bahasa Belanda. Namun demikian sekolah ini yang kemudian berubah nama menjadi Hollands Inlandse School (HIS) masih tidak memiliki pintu gerbang untuk melanjutkan ke jenjang sekolah atas. Sekolah atas waktu itu hanya dapat diakses dari sekolah rendah untuk Belanda dan Cina.

Europese Lagere School (ELS) merupakan sekolah rendah untuk Belanda. Sekolah ini jelas hanya ditujukan bagi anak-anak Belanda. Kemudian diperluas dengan diperbolehkannya anak-anak Indonesia dari golongan elit. ELS memiliki pola 7 tahun dan mengadopsi kurikulum negara asalnya.

Sekolah rendah lainya adalah "Holands Chinese School" (HCS) merupakan sekolah rendah bagi anak-anak Cina yang berada di Indonesia. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini hampir sama dengan ELS kecuali pada pengajaran Bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Inggris.

Sekolah lanjutan yang ada adalah "Hogere Burger School" (HBS). Sekolah lanjutan ini hanya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda. Membatasi masuknya anak-anak Indonesia di sekolah lanjutan. Kemudian muncul sekolah lanjutan yang dapat diakses anak-anak Indonesia yakni MULO dan AMS.

Pada tingkat pendidikan tinggi atau universitas. Lagi-lagi kesempatan anak Indonesia sangatlah terbatas. Anak-anak Belanda selalu jauh lebih maju dan memiliki kesempatan yang lebih luas.

#reading_challenge_ODOP
#Level3
#Tantangan_2

18 Februari 2019

Skripsi yang Tertunda

Aku benar-benar kehabisan akal. Batas waktu tinggal menghitung jam saja. Tak sampai 12 jam, dan semuanya akan berakhir. Kakiku masih saja di dalam kamar ini. Hilir mudik sejak tiga jam yang lalu. Duduk di atas kursi butut di pojok kamar. Sebentar kemudian pindah ke kasur yang tak kalah bututnya. Sebentar kemudian berdiri di ambang jendela. Lalu duduk lagi. Inilah yang kulakukan sejak pulang dari acara kampus sore tadi.

Azan maghrib baru saja selesai berkumandang saat aku menginjakkan kaki ke kamar kos yang tak seberapa besar. Kamar dengan ukuran 3x3 m dengan perabot yang super minimalis inilah yang telah menjadi istanaku selama 4 tahun kuliah di Kota Gudeg. Tahun ini sudah kubulatkan tekad harus dapat menyelesaikan skripsi yang telah tertunda satu semester. Setelah seminar proposal, aku tidak meneruskan tugas akhirku. Membiarkannya menumpuk di atas meja, bersama kertas-kertas lain yang tidak penting.

Lalu hari ini, aku pun mendapat ultimatum dari kampus, yang intinya agar segera menyelesaikan skripsi. Atau pulang kampung tanpa gelar. Apa kata Emak dan Bapak nanti jika aku sampai pulang tanpa membawa gelar.

"Balqis, instrumen penelitian ini sudah saya setujui, tinggal direvisi sedikit pada bagian indikator ketiganya. Setelah itu kau boleh lanjutkan ke penelitiannya."

Inilah kalimat terakhir Pak Arif Budiman Dosen pembimbingku. Enam bulan yang lalu aku telah siap menuju ke lapangan untuk penelitian. Sebelum semuanya menjadi runyam, dan dunia seolah hancur di hadapanku.

"Mut, kau tahu apa yang paling kutakutkan kini?" Tangisku di hadapan sahabat terbaikku. Aku tengah berada di kamar kos Mutia sejak pagi. Mutia adalah teman sekelasku, yang hampir menyelesaikan skripsinya. Tinggal bimbingan satu kali lagi dan selesailah sudah.

"Apa?" Mutia membawakanku segelas air putih hangat.

"Sebentar lagi kau akan ujian skripsi, lulus, wisuda dan pulang kampung. Sementara aku, enam bulan tanpa ada kemajuan, sebentar lagi akan sendirian di kampus. Bahkan aku tak tahu harus memulainya lagi dari mana." Mutia menggeser duduknya mendekapku.

"Hei, Balqis. Kenapa harus bersedih. Aku sudah sering memberikan semangat kepadamu agar kau segera bangkit. Data yang hilang dapat kau cari lagi. File skripsimu yang ada di laptop bukankah sudah kau backup di flasdisk juga kan?"

Enam bulan aku masih saja terpuruk dengan hilangnya laptop kesayanganku. Bukan laptopnya yang kusesalkan. Namun semua data skripsi mulai dari bab satu hingga bab tiga ada disana semua. Instrumen dan hasil penelitian pun turut raib. Sebulan setelah aku mendapat acc dari Pak Arif untuk terjun ke lapangan, dan telah mendapatkan data. Seorang maling berhasil menggondol laptop kesayanganku.

"Ayolah, Balqis. Sudah saatnya kamu bangkit. Ayo kembali kepada skripsimu. Cukup sudah kau menyesali kehilanganmu. Setidaknya kau masih punya print out bab 1 sampai 3 dan instrumennya kan? Mutia menyadarkanku dari lamunan.

Setelah laptopku hilang, skripsiku memang tidak berjalan dengan lancar. Aku kehilangan semua data. Bahkan, backup data di flasdisk yang telah kubuat ternyata terserang virus, sehingga hilang semuanya. Praktis aku seperti kehilangan segalanya. Siang tadi, aku mengurus registrasi semesteran, dan mendapatkan ultimatum yang kini membuatku mondar-mandir tak keruan di dalam kamar.

"Namamu Balqis Azzahra, bukan?" Seorang gadis mendatangiku secara tiba-tiba di serambi masjid kampus.

"Eh, iya. Benar. Kamu siapa?" Tanyaku sambil mengerutkan kening. Aku tak merasa kenal dengan gadis ini. Umurnya tidak jauh berbeda denganku. Mungkin dia juga mahasiswa di kampus ini.

"Saya Imah, mahasiswa semester dua di Fakultas hukum, maaf Mbak Balqis apakah benar mbak sedang menyusun skripsi?" Gadis di depanku bertanya dengan sopannya. Ternyata dia memang mahasiswa di kampus ini. Berbeda angkatan dan jurusan denganku. Aku berada di jurusan Ilmu Pendidikan, sedangkan Dia di Fakultas Hukum.

"Eh, iya. Ada apa ya Dik? Kututup buku yang sejak tadi kupegang.

"Begini mbak. Tapi maaf juga sebelumnya apakah  Mbak Balqis pernah kehilangan data skripsi?" Bagai disambar petir. Akupun kaget dibuatnya. Bagaimana bisa gadis ini tahu kalau aku pernah kehilangan data skripsiku.

Imah tampak membuka laptop mungilnya. Lantas membuka sebuah file yang sangat umum dibuat oleh mahasiswa tingkat akhir saat menyusun skripsi. BAB I, BAB II, dan BAB III ketiga file ini langsung dibuka semua oleh Imah.

Aku masih belum mengerti apa yang dilakukannya. Namun, Imah kembali memberikan sebuah kejutan kepadaku. Begitu layar telah berganti menjadi microsoft word dengan file BAB I, disodorkannya laptop mungil itu kepadaku.

"Mbak Balqis coba baca!" Kalimat demi kalimat kutelusuri.

"Ini, tapi tidak mungkin." Pekikku tertahan.
"Jadi, Mbak kenal dengan tulisan ini?" Aku membaca semua file yang telah dibuka oleh Imah.
"Tapi, bagaimana mungkin data ini bisa ada padamu? Ini kan..." masih dalam kebingungan, aku tak mampu berkata-kata.

"Ya Mbak, data itu saya temukan di sebuah flasdisk. Flasdisk itu sendiri saya temukan di jalan masuk kampus ini sekitar dua bulan yang lalu. Awalnya saya akan memformat flasdisk itu agar dapat digunakan. Namun, iseng-iseng saya buka. Kok isinya data skripsi semua. Di setiap folder tetulis nama-nama mahasiswa pemilik skripsi tersebut. Kupikir, mungkin ini flasdisk milik rentalan komputer di depan kampus itu. Tapi ternyata bukan. Lantas saya mulai mencari nama-nama yang ada di dalam folder tersebut. Salah satunya nama Mbak Balqis ada disana."

"Terima kasih sekali ya Dik, aku sangat memerlukan data ini. Setelah enam bulan yang lalu, laptopku hilang dicuri. Kini entah bagaimana caranya, data ini bisa kembali lagi kepadaku melalui perantaraan kamu." Tak terasa air mataku mengalir. Doa panjang di sujudku malam tadi dijawab langsung oleh Allah. Siang ini seluruh dataku kembali lagi. Entah si maling merasa kasihan kepada mahasiswa-mahasiswa yang menjadi korbannya. Ataukah ada misteri lain yang tak dapat kumengerti. Yang jelas aku kini dapat menyelesaikan skripsiku yang tertunda satu semester lamanya.

14 Februari 2019

Ratu Balqis Penguasa Negeri Saba

Allah Swt telah menjelaskan dalam surah an-Naml ayat 23: "Sesungguhnya Aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar."

Wanita yang dimaksud dalam ayat di atas tidak lain adalah Balqis. Sosoknya yang cantik dan anggun ditambah dengan kebijaksanaan dalam memutusakan segala sesuatu, membuat wanita ini disegani oleh seluruh rakyat Negeri Saba. Menurut Riziem Aizid penulis buku Siapakah Sebenarnya Ratu Balqis?, menyatakan bahwa Balqis adalah keturunan dari dua jenis makhluk yang berbeda yakni manusia dan jin. Ayah Balqis adalah seorang raja di Negeri Yaman, sedangkan ibunya Raihanah adalah anak dari Raja Jin.

Ketika lahir, Balqis kecil diasuh oleh bangsa jin. Setelah beranjak remaja Balqis kembali kepada ayah dan ibunya. Setelah ayah Balqis wafat, Dia menggantikannya menjadi seorang Ratu. Namun demikian ada seorang anak pamannya yang tidak setuju dengan posisi Balqis yang menggantikan ayahnya, karena Dia seorang perempuan. Maka laki-laki anak pamannya itupunenobatkan dirinya sebagai raja. Dari kejadian ini Negeri Saba terpecah menjadi dua kelompok.

Selang beberapa waktu, rakyat yang dipimpin oleh anak paman Balqis mengeluhkan kepemimpinan Raja mereka yang sewenang-wenang. Ratu Balqis pun mengirim surat dan menawarkan agar Ia menjadi suaminya. Setelah pesta pernikahan mereka, di malam harinya Ratu Balqis membunuh Raja yang merupakan anak dari pamannya. Dengan terbunuhnya Raja ini, maka Ratu Balqis memiliki kekuasaan penuh terhadap Negeri Saba. Rakyat pun menerima kepemimpinannya dengan suka cita.

Negeri Saba yang dipimpin oleh Ratu Balqis tumbuh menjadi wilayah yang subur, dan penuh dengan berbagai kenikmatan. Ilmu pengetahuan sudah sangat berkembang di Negeri ini. Bahkan menurut banyak cerita, di negeri ini terdapat sebuah bendungan yang difungsikan sebagai pengairan lahan seluruh wilayah Saba.

Bercerita mengenai Ratu Balqis tentu akan menyangkut pula cerita mengenai Nabi Sulaiman. Sebelum mengikuti ajaran Nabi Sulaiman, Ratu Balqis dan rakyatnya menyembah matahari. Suatu ketika Ratu Balqis menerima surat dari Nabi Sulaiman, yang menyatakan agar Ratu Balqis berserah diri kepada Allah dan mengikuti ajaran Allah.

Ratu Balqis pada mulanya menolak ajakan ini dengan jalan damai. Yakni mengirim utusan kepada Nabi Sulaiman dan membawakannya hadiah yang mewah. Namun rupanya Nabi Sulaiman telah mengetahui hal itu, sehingga Beliau telah mempersiapkan penyambutan kedatangan Ratu Balqis dengab cara memindahkan singgasananya ke kerajaan Nabi Sulaiman. Demi melihat kejadian ini, Ratu Balqis pun berserah diri kepada Nabi Sulaiman, dan mengakui keesaan Allah.

Negeri Saba yang dipimpin oleh Ratu Balqis sendiri, mengalami kemunduran yang sangat drastis. Ini terjadi karena Rakyat Saba tidak bersyukur atas segala kenikmatan yang telah mereka miliki selama ini. Allah Swt mendatangkan banjir dahsyat, dengan jebolnya bendungan yang menjadi ikon Negeri Saba. Setelah banjir itu, tidak ada pepohonan yang dapat tumbuh subur kecuali pohon yang berbuah  pahit rasanya.

#ReadingchallengeODOP
#Level_2
#Tantangan_2