14 Maret 2018

Hakmu Adalah Hakku

Pernahkah ada orang yang meminta agar diberi sakit kepadanya? Tentu tidak, kalaupun ada seribu banding satu. Setiap kali seseorang menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan pastilah memohon kesehatan, kelimpahan rejeki dan sabagainya. Sakit memang tidak diminta, namun dia dapat datang secara tiba-tiba.

Tapi jika dilihat lebih dalam lagi, sakit itu sebenarnya datang memenuhi sebuah undangan. Ya, undangan dari tubuh. Sadar atau tidak sadar banyak penyakit yang datang karena kelalaian menjaga tubuh sendiri. Kekhilafan, sebagimana yang orang bilang dapat menjadi pemicu penyakit hinggap.

Kata Ustadz Musa, "Jika mata sudah ngantuk, maka dia harus diberikan haknya untuk merem. Jika tidak, itu sama saja dengan mendholimi diri sendiri. Dan mendholimi diri sendiri itu termasuk perbuatan yang nggak baik. U..la...la...". Nah, point penting dari perkataan tersebut adalah setiap anggota tubuh memiliki hak. Mata punya hak untuk merem saat dia sudah pedes melihat layar 14 inchi. Kaki punya hak untuk diselonjorkan saat dia sudah kesemutan. Atau perut juga punya hak saat dia sudah keroncongan.

Hak setiap anggota tubuh, secara otomatis juga merupakan hak pribadi seseorang. Mengisi perut yang keroncongan, jika diabaikan akan menjadi masalah. Sekali dua kali masih dapat dimaafkan. Namun lambung, akan segera bereaksi menuntut haknya. Jadilah demonstrasi Si asam lambung di dalam perut. Sakit maag pun datang memenuhi undangan. Logika ini juga akan berjalan pada kondisi anggota tubuh lainnya.

So,... setiap hak yang dimiliki anggota tubuh pada dasarnya adalah cara mereka mempertahankan diri untuk tetap berjalan secara normal, tanpa ada gangguan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar