"Aku kecewa", cuma itu sebenarnya yang menjadi awal mulanya. Kau telah dapatkan apa yang kau inginkan. Namun aku, belum merasa terpenuhi apa yang menjadi keinginanku.
Sebagian kalian mungkin akan berfikir, "Manusia itu memang nggak ada puasnya sama sekali yah."
"Its true." Aku nggak menyangkal akan hal ini. Tapi tahukan kalian, kalah aku benar-benar kecewa. Sebagian besar manusia pasti mengidamkan timbal balik. Seperti apapun bentuknya.
Pentingkah timbal balik dalam sebuah hubungan? Baik hubungan profesional maupun personal? Jawabnya adalah "Yes" sangat penting. Ini bukan berarti memungkiri dan mengesampingkan istilah "ikhlas tanpa pamrih" beda lho.
Ikhlas sih ikhlas, tapi tetap harus ada komitmen dan arah yang jelas dalam sebuah hubungan. Contohnya nih, dalam hubungan profesional, nggak akan mungkin seseorang mau bekerja gitu saja tanpa mengharapkan adanya timbal balik, yakni upah, honor, atau gaji.
Dalam hubungan personal pun begitu. Pasangan yang baik justru harus punya rasa timbal balik itu. Kalau nggak ada, malah bisa-bisa ancur di tengah jalan. Lalu say good bye. Bagaimana halnya jika salah satu merasa telah memberikan apa yang pasangannya minta, namun dia sendiri tidak mendapatkan apa-apa dari pasangannya? Tetap ada dua kemungkinan jawaban.
Pertama, pasangannya memang nggak "ngggeh" sama keinginan tersebut. Bida jadi ada miss com alias salah paham diantara mereka. Perempuan lebih suka menggunakan bahasa kiasan atas keinginannya. Misalnya nih ya, "Mas, tahu nggak ada buku baru yang bagus lho di gramedia, kemaren dapat info dari temen lagi ada diskonan tuh disana." Kalimat ini menandakan si wanita itu pengin diajak jalan-jalan ke gramedia lalu dibelikan buku. Tapi nih ya,.... Laki-laki mah, mana tahu kalau begitu?
Kalau kasus ini terjadi, dan ternyata pasanganmu nggak ngerti yang dimaksud biasanya si wanita terus ngambek. Contoh lagi nih, bahasa kiasan dari wanita. "Lagi nggak mau diganggu." Itu kata-kata baik secara langsung maupun lewat HP, artinya hampir sama bagi setiap wanita. Pasangnnya kudu peka. Sekeras apapun dia mengatakan kalimat tersebut, dia tetap mengharapkan sapaan dari pasangannya.
Itulah wanita, bahasa kiasan yang nggak dimengerti laki-laki seringkali menjadi bahan mentah yang siap saji dalam waktu lebih cepat daripada membuat mie instan, untuk matang. Kalau sudah tersaji, maka sajiannya adalah ngambeknya si wanita.
Kedua, si laki-laki sudah tahu keinginan pasangannya, tapi nggak mau ngasih. Alasannya bisa macam-macam, bergantung kepada situasi yang berlangsung.
Kedua hal di atas, bisa menimpa siapa saja, mulai dari pasangan yang baru tadi jadian sampai pasangan yang sudah tahunan.
Intinya, just comunication. Hanya komunikasi yang bisa bikin cair suasana. Jangan main gengsi-gengsian. "Nggak lah, mosok aku terus yang minta maaf." Ini nih, yang bisa bikin tambah parah suasana.
Jangan segan untuk minta maaf dulu. Lebih pekalah kepada pasangan. Buat yang laki-laki, ingat selalu kalau wanita itu sering menyamar dalan kalimat yang diucapkannya. Jangan jadi orang Lamongan terus, yang konon katanya nggak kenal basa-basi. Kalau sudah urusan pasangan gini, harus mau belajar kepada orang Jogja yang lebih sering menggunakan kata basa-basi.
Semoga ada yang tersinggung dengan tulisan ini. Walau hanya sekedar tulisan tak bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar