Model pembelajaran yang ada saat ini semakin berkembang jumlah dan macamnya. Hal ini berkaitan dengan adanya tuntutan dari dunia pendidikan untuk senantiasa mengedepankan proses yang lebih baik.
Saat ini pendidikan tidak hanya bertumpu pada hasilnya saja, melainkan lebih kepada prosesnya. Proses pendidikan baik di dalam maupun diluar kelas sangat erat kaitannya dengan penggunaan model pembelajaran.
Saat ini guru dituntut untuk mengerti serta mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang akan membawa pada keaktifan siswa. Pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru (teacher centered) namun bertumpu kepada siswa (student centered). Beberapa model pembelajaran yang bersifat pembaharuan ataupun penemuan yang baru mulai digencarkan. Pembelajaran semacam ini dikenal pula dengan sebutan pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif berllandaskan kepada paradigm konstruktif, yakni membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru.
Pembelajaran memiliki unsur-unsur dasar. Menurut Joyce and Weil (1980) Pembelajaran memiliki lima unsur dasar yakni: (1) Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran; (2) Social System, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran; (3) Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa; (4) Support System, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) Instructional and nurturant effect, yakni hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effect) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effect).
Unsur-unsur dasar pembelajaran di atas akan senantiasa digunakan sebagai bagian paling utama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran. Termasuk pula saat guru membuat perencanaan mengenai model pembelajaran yang akan diterapkan. Berikut ini akan diuraikan berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai model pembelajaran inovatif.
Model Pembelajaran Kooperatif Number Heads Together
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Meningkatkan kerjasama diantara siswa. Model ini dapat digunakan untuk semua tingkat maupun mata pelajaran. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Number Head Together sebagai berikut:
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Setiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan satu nomor urut.
Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok, masing-masing kelompok mengerjakannya dengan cara berdiskusi. Setiap anggota kelompok harus mengetahui jawabannya.
Guru memanggil satu nomor untuk menyampaikan hasil diskusi, sementara orang dengan nomor yang sama dari kelompok lain memberikan tanggapan ataupun pertanyaan.
Model kepala bernomor dapat dilanjutkan oleh guru dengan cara mengelompokkan siswa berdasarkan nomor urut yang sama.
Aku pernah menerapkan model ini mb Juni, hasilnya kok belum maksimal
BalasHapusAku pernah menerapkan model ini mb Juni, hasilnya kok belum maksimal
BalasHapus