Manakah yang lebih dahulu ada. Induk atau telur ayam? Pertanyaan klasik ini telah menjadi perdebatan panjang yang tiada berujung.
Telur ada karena induk ayam. Induk ayam pun berasal dari sebutir telur yang menetas. Inilah lingkaran pertanyaan yang akan melahirkan perbedaan jawaban.
Bukan asal muasal ayam itu yang penting. Namun di balik perdebatan itulah yang sebenarnya lebih utama. Seorang anak sangat mungkin suatu saat akan menanyakan hal semacam itu. Saat itu terjadi apa yang seharusnya menjadi jawaban untuk Sang anak?
Anak memerlukan penjelasan yang kongkret. Penjelasan yang berbelit-belit dengan bahasa yang ilmiah tentu bukan pilihan terbaik. Cukup jelaskan secara sederhana mengenai asal muasal sebuah kehidupan. Penjelasan sederhana yang perlu dikaitkan dengan segala asal kehidupan dari Sang Pencipta.
Menjawab pertanyaan seorang anak, baik sebagai orangtua, guru, maupun orang yang lebih dewasa di sekitarnya sudah seharusnya memikirkan dunia Si anak. Terkadang anak bertanya untuk benar-benar ingin tahu. Saat seperti ini, anak membutuhkan jawaban yang pasti. Bagi anak yang kritis, satu jawaban memungkinkan munculnya pertanyaan lainnya, begitu seterusnya.
Misalkan dalam kasus telur dan ayam tadi.
Anak :"Bu, kenapa ayam berasal dari telur?"
Ibu. :"Iya, karena induk ayam bertelur, lalu dierami. Saat menetas jadilah ayam kecil"
Anak :"Terus kalo telur dari induk ayam, lha induk ayamnya dari apa?"
Ibu. :"Nak, semua yang hidup pasti ada yang menghidupkan. Seperti lampu, kalau saklarnya nggak dipencet kan nggak hidup. Nah saat kamu pencet saklarnya kan jadi hidup."
Anak :"Yang ngidupin ayam siapa bu? Ayam kan nggak punya saklar kayak lampu."
Begitulah, satu pertanyaan saja dapat memunculkan berbagai macam lanjutan pertanyaan. Saat seperti ini berarti otak anak sedang berkembang dengan berusaha memadukan berbagai informasi dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan menjadi suatu perkembangan yang bagus saat ditangani dengan telaten dan sabar. Namun yang terjadi, terkadang orang tua atau guru tidak sabar dengan memotong jawaban sehingga memotong pula keingintahuan anak.
Selain sebagai keingintahuan, pertanyaan beruntun dari anak dapat pula bertujuan meminta perhatian kepada orang dewasa di sekitarnya. Hal ini biasanya terjadi saat anak merasa tersisihkan dari perhatian. Anak akan mulai merajuk, atau bertanya dengan macam-macam pertanyaan tanpa mau dipotong. Saat seperti ini, orangtua perlu mengalihkan perhatian dari pekerjaan atau kesibukan lainnya dan beralih kepada Sang anak. Bagaimanapun juga anak tetap perlu mendapatkan perhatian orangtua sesibuk apapun orangtuanya itu.
Secara gamblang anak adalah orang dewasa di masa mendatang. Menjadi kewajiban orang dewasa sekarang lah yang harus mengajarkan berbagai pengetahuan. Anak akan berkembang sesuai lingkungannya, untuk menjadi dewasa.
benar mbak, ketika anak-anak aktif bertanya kita perlu mengalihkan perhatian kita dari kesibukan kita
BalasHapusBetuuul mb Juni, harus sabar n telaten menjawab setiap pertanyaan anak
BalasHapusKompor Gas!
BalasHapusAnak adlh penerus kelangsungan dinasti kita.
Iya, dulu aku nanya macem2 malah dimarahin ma tante..๐๐๐terlalu cerewet katanya..
BalasHapusHiihih kadang sebagai emak kudu sabar jg apalagi pas lagi neriska anak nanya macem macem.trims sharingnya bermanfaat sekali
BalasHapussangat menikmati tulisan ini..
BalasHapusmakasih mbak Juni.. :)
Setuju. Saat anak bertanya, maka kita wajib memfokuskan diri kepada anak
BalasHapusJdi berfikir, kapan ya punya Anak?
BalasHapusEh.. Kok larinya kesitu.. He.. Nikah aja belom.. Ha..