22 Maret 2016

Anak Era Delapan Puluhan

Setiap manusia pasti memiliki pengalaman hidup. Baik suka, duka, sedih, maupun bahagia. Masing-masing individu tak akan lepas dari apa yang disebut sebagai pengalaman hidup. Seperti kata pepatah, pengalaman adalah guru terbaik. Mengkaji pengalaman masa lalu untuk memperbaikinya di masa mendatang.


Jika suatu saat ditanya apa pengalaman paling berkesan? Tidak sedikit yang menjawab dengan pertanyaan balik. Apa ya? Itulah, karena sejatinya setiap individu senantiasa menganggap setiap pengalaman hidupnya berkesan. Saat masih kanak-kanak ada pengalaman tentang segala jenis permainan. Menginjak usia remaja ada pengalaman saat merasakan dunia para remaja. Begitu pun setelah menjadi pribadi yang lebih dewasa pasti akan memunculkan pengalaman pula.

Masa kanak-kanak tahun delapan puluhan jauh berbeda dengan jaman tahun dua ribu sepuluhan. Pada era delapan puluhan, menonton televisi masih menjadi sesuatu yang istimewa. Karena pada era itu televisi berada pada golongan kebutuhan tersier. Hanya orang-orang tertentu sajalah yang memilikinya. Itu pun masih televisi dengan dua warna hitam putih. Menonton ramai-ramai sekampung bisa menjadi keasyikan tersendiri. Selain bisa menikmati acara televisi yang stasiunnya baru ada Televisi Republik Indonesia (TVRI), kegiatan ini juga mengandung keasyikan dengan bertemunya teman-teman sebaya.

Masa kanak-kanak era delapan puluhan pun masih dipenuhi dengan berbagai macam permainan tradisional. Kegiatan bermain bersama teman disaat malam bulan purnama menjadi sebuah keasyikan tersendiri. Belum lagi, bagi anak-anak laki-laki  sering dilanjutkan dengan tidur bersama teman-temannya di serambi langgar (surau).

Mengingat masa kanak-kanak tahun delapan puluhan, terkadang memunculkan kerinduan akan suasana desa yang dipenuhi canda riang bersama saudara dan tetangga. Suasana yang mengedepankan kebersamaan secara nyata.

9 komentar: