Pergantian kurikulum sekolah pada dasarnya selalu menyisakan untung dan rugi. Bagaikan dua sisi mata uang, keduanya tak dapat dipisahkan. Perkembangan jaman selalu menjadi "kambing hitam" pertama perlunya pergantian kurikulum sekolah.
Begitu pun yang terjadi dengan pergantian kurikulum sekolah dari kurikulum 2006, atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ke kurikulum 2013 (kurtilas). Pergantian kurikulum ini telah mulai diterapkan sejak tahun 2014, kemudian sempat dihentikan setahun kemudian. Penerapan kurtilas semula terkesan sangat tergesa-gesa sehingga harus dikaji ulang beberapa konsep dasarnya.
Bulan Juli tahun 2015, kurtilas kembali diterapkan pada sekolah-sekolah sampel. Kali ini setiap daerah menunjuk beberapa sekolah untuk menerapkannya. Kedepannya, sekolah-sekolah yang menjadi sampel penerapan kurtilas akan ditambah. Seiring dengan penerapan yang belum menyeluruh ini, ada beberapa masalah yang ikut mendampingi berjalannya kurtilas.
Pertama, perbedaan materi antara KTSP dengan kurtilas tidak dibarengi dengan pembedaan soal ujian akhir sekolah. Soal ujian akhir sekolah pada tahun ajaran 2014/2015 masih sama yakni menggunakan materi KTSP. Sayangnya, soal ini diterapkan baik untuk sekolah dengan KTSP maupun sekolah dengan Kurtilas. Ini jelas menyebabkan anjloknya hasil ujian bagi sekolah yang menerapkan kurtilas. Permasalahan ini diharapkan tidak terulang pada ujian akhir sekolah tahun ajaran saat ini 2015/2016. Menurut kisi-kisi soal yang telah beredar telah ada penggabungan antara materi KTSP dengan Kurtilas.
Kedua, persoalan konsep dasar materi dari kurikulum itu sendiri. Tahun 2016 ini Kemendikbud telah mengeluarkan revisi materi pokok kurtilas (baca kompetensi dasar). Namun demikian, kompetensi dasar yang telah direvisi belum tersosialisasi dengan baik. Keputusan akan digunakannya kompetensi yang sebelum atau sesudah revisi pun hingga bulan Maret 2016 ini belum mencapai titik final. Bagi sekolah yang telah menerapkan kurtilas, tentu saja ini akan menjadikan sebuah kebingungan. Perubahan kompetensi dasar sangat berpengaruh pada materi yang akan disampaikan kepada siswa. Walaupun tahun ajaran baru masih Bulan Juli, akan tetapi persiapannya perlu dilakukan beberapa bulan sebelumnya.
Ketiga, masih berkaitan dengan adanya revisi kompetensi mata pelajaran. Penyiapan bahan ajar menjadi hal yang tidak boleh dilupakan. Terutama bahan ajar yang berupa buku pegangan pokok. Hingga ditetapkannya keputusan final penggunaan kompetensi mata pelajaran, guru tetap harus dengan setia menunggu dengan sabar. Sementara selama waktu menunggu keputusan final itu, guru bahkan tidak dapat menyiapkan perangkat pembelajaran.
Keempat, berkaitan dengan pengadaan bahan ajar. Bagi para penerbit buku pelajaran pun harus berfikir dua tiga kali untuk mencetak bukunya. Mereka harus secermat mungkin menganalisa dan berspekulasi mengenai materi yang akhirnya akan diputuskan untuk digunakan. Padahal, bagi penerbit-penerbit buku pelajaran akan sebisa mungkin mengedarkan bukunya sebelum tahun ajaran baru dimulai. Jika dihitung dari Bulan Maret hingga Juli hanya ada waktu tiga bulan untuk menyediakan buku ajar. Sementara keputusan final hingga bulan maret ini pun belum ada. Penerbit buku pelajaran memang harus berani berspekulasi jika tidak ingin ketinggalan. Namun demikian, mereka juga harus menerima kenyataan pahit jika nantinya buku yang mereka edarkan ternyata tidak sesuai.
Beberapa masalah di atas hanyalah sekelumit persoalan yang muncul. Pada tingkat terbawah, sekolah sebagai pelaksana kebijakan, masih banyak persoalan yang belum terdeteksi. Semoga kedepannya penerapan kurtilas akan membawa dampak yang lebih baik. Terutama dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
kurtilas ki bikin lieur mb juni...desa yg di pelosok susah...
BalasHapusHemmm ...
BalasHapusBahasa para guru dan akademis ini,
Saya juga bisa menikmati gaya tulisannya.
Selalu indah seperti tulisan2 mbk Juni yg lain
Bahasa akademis di share san dibaca oleh umum, benar-benar menambah pengetahuan, mba juni.. keep writting bout your world, mba.. :*
BalasHapussaya sebagi emak-emak mumet dengan KTSP KTSp an anak sekolah sekarang
BalasHapusmba wid, saya juga emak-emak,,, heeehe,,, saya juga bingung, lepas kurtilas akan ada mahluk lain lagikah?
BalasHapus