16 Maret 2016

Bahasa Jawa Itu Indah

Kali ini mentok, tidak ada ide. Dua jam kubiarkan, lebih tepatnya ditinggal. Masih belum ada lanjutannya juga. Kali ini setelah pindah posisi, kuharap dapat meneruskan satu kalimat pembuka di awal tadi. Pindah posisi memang membuahkan hasil. Dua tiga kalimat mulai mengikuti sang kalimat tunggal.


Kita tinggalkan saja urusan pindah posisi dan kalimat tunggal. Mari beralih kepada pokok bahasan sebenarnya. Bahasa Jawa itulah pokok persoalan kali ini. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang banyak memiliki padanan kata. Bahasa daerah yang satu ini pun sangat kaya jika dibandungkan dengan bahasa lain. Berikut bukti nyata kekayaan Bahasa Jawa.

Mampu menafsirkan satu macam benda dalam beragam kata.

Sebagai contoh kata nasi.
Dalam Bahasa Inggris disebut rice.
Dalam Bahasa Indonesia ada padi, beras, dan nasi.
Sekarang mari kita lihat dalam Bahasa Jawa.
Padi yang masih di sawah disebut pari atau pantun.
Padi yang sudah dipisahkan dari batangnya disebut gabah.
Gabah yang sudah digiling disebut beras.
Beras yang digiling namun remuk disebut meniran.
Satu butir beras sering kali disebut menir.
Beras yang sudah ditanak disebut sego.
Satu butir nasi disebut upo.

Bukti kekayaan Bahasa Jawa berikutnya ada dalam tulisan jawa.

Tulisan jawa sangat sangat indah. Tulisan jawa juga memiliki huruf-huruf dasar yang dapat dilahukan dengan indah. Bahasa Indonesia memiliki 21 huruf mati, yang baru bisa terbaca setelah disandingkan dengan huruf vokal yang berjumlah lima buah.

Sementara huruf jawa dasarnya ada 20, yang kesemuanya telah berbunyi tanpa harus ditambahi apapun. Semua huruf dasar berbunyi "a".  Setiap huruf dasar tadi masing-mading memiliki pasangan. Jika akan menulis kata yang berbunyi selain a, maka ada yang namanya "sandangan". Setiap sandangan itu pun memiliki nama, seperti taling untuk e (e dalam sate), wulu untuk i, taling tarung untuk o, pepet untuk e (e dalam sekop), cecak untuk huruf akhiran ng, wignyan untuk akhiran h, dan pangkon untuk mematikan huruf.

Betapa indahnya huruf jawa. Maka sudah sepatutnya untuk terus dilestarikan. Karena setiap kebudayaan daerah adalah bagian dari kebudayaan nasional indonesia.

6 komentar:

  1. Keren ...
    Arab digarap
    Barat diruwat
    Jowo ojo ditinggalno
    Heheee

    BalasHapus
  2. Sebelum tehnologi menggunakan elektronik (e) marak spt skrg, seperti e-mail, e-book dll, wong Jowo sudah turun temurun lebih dulu menggunakannya.
    Buktinya tembang ini :
    e dayuhe teko
    e gelarno kloso
    e klosone bedah
    e tambalno jadah
    e jadahe mambu
    e pakakno asu
    e asune mati
    e kintirno kali
    e kaline banjir
    Dst ... hehee

    BalasHapus
  3. Wuihh...koq aq baru nyadar...ternyata...bahasa jowo iku unik ...berarti mbah2 e penemu aksara and bahasa jowo kreatif yo tibakne?...

    BalasHapus
  4. dan aku selalu bangga menjadi orang jawa...

    BalasHapus
  5. dan aku selalu bangga menjadi orang jawa...

    BalasHapus